Jumat, 04 Juli 2025

DIMENSI PROFIL LULUSAN

 Menyikapi Profil Pelajar Pancasila (P3) menuju Profil 8 Dimensi Lulusan (P8)



 sekedar sharing dari obrolan di grup

Mungkin terjadi kebingungan di tingkat pelaksana (guru), tantangan diseminasi informasi, dan kendala biaya.


Analisis: Dari P3 ke "P8"


Pertama, mari kita lihat konsep "P8" sebagai sebuah kerangka "Pembelajaran Mendalam" yang bertujuan untuk "Mewujudkan Profil Lulusan (8 Dimensi)".


Jika kita bandingkan dengan P3 (Profil Pelajar Pancasila) yang saat ini menjadi bagian dari Kurikulum Merdeka, kita bisa melihat adanya evolusi konsep.


Profil Pelajar Pancasila (P3 - 6 Dimensi):

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

2. Berkebinekaan global.

3. Bergotong royong.

4. Mandiri.

5. Bernalar kritis.

6. Kreatif.


Profil 8 Dimensi Lulusan :

1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME

2. Penalaran Kritis

3. Kreativitas

4. Kemandirian

5. Komunikasi

6. Kesehatan

7. Kolaborasi

8. Kewargaan


Perbandingan dan Analisis:

 * Inti yang Sama: Sebagian besar dimensinya tumpang tindih atau merupakan pengembangan. Misalnya, "Gotong Royong" pada P5 dieksplisitkan menjadi "Kolaborasi" pada P8. "Beriman dan bertakwa..." tetap menjadi fondasi utama.

 * Penambahan Eksplisit: P8 menambahkan Komunikasi dan Kesehatan sebagai dimensi yang berdiri sendiri. Ini adalah penekanan yang sangat relevan dengan tantangan abad ke-21.

 * Pergeseran Istilah: "Berkebinekaan Global" pada P3 digantikan dengan Kewargaan (Citizenship) pada P8. Meskipun maknanya bisa beririsan, "Kewargaan" mungkin memiliki fokus yang lebih kuat pada hak dan kewajiban sebagai warga negara, baik lokal maupun global.


Kesimpulan Awal: "P8" ini tampak seperti sebuah penyempurnaan atau pengembangan dari P3, bukan sebuah penggantian total yang mengubah arah. 


Tujuannya adalah untuk membuat kompetensi lulusan menjadi lebih spesifik dan komprehensif. 


Namun, seperti yang dianalisa, perubahan sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan jika sosialisasinya tidak merata.


Strategi Implementasi Perubahan Kurikulum "Tanpa Biaya" Ini adalah tantangan utamanya. 


"Tanpa biaya" mungkin sulit, tetapi "biaya sangat rendah" (low-cost) atau memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal sangat mungkin dilakukan. 


๐Ÿ“Berikut beberapa idenya:

⿡ Optimalisasi Maksimal Platform Merdeka Mengajar (PMM)

Pemerintah sudah menyediakan alat yang sangat kuat, yaitu PMM. Ini adalah strategi utama karena aksesnya gratis untuk guru.

 * Modul Pelatihan Mandiri: Jika ada perubahan dari P3 ke P8, Kemendikbudristek harus segera merilis modul-modul pelatihan mandiri yang spesifik membahas 8 dimensi ini, lengkap dengan contoh implementasinya dalam pembelajaran dan proyek.

 * Webinar Berseri: Mengadakan seri webinar yang terjadwal dan bisa diakses gratis melalui PMM atau kanal YouTube Kemdikbud. Narasumbernya tidak harus selalu pejabat eselon atas, tetapi bisa dari kalangan Guru-Guru di komunitas seperti KKG yang punya passion memajukan pendidikan di wilayahnya atau sekolah-sekolah yang sudah berhasil menerapkan konsep serupa.

 * Fitur "Bukti Karya": Mendorong guru untuk mengunggah contoh RPP, modul ajar, atau dokumentasi proyek yang sudah mengintegrasikan "P8". Ini menciptakan perpustakaan praktik baik yang bisa diakses semua orang.

⿢ Penguatan Ekosistem Komunitas Belajar (Kombel)

Ini adalah strategi "dari bawah ke atas" yang paling efektif dan berbiaya rendah.

 * Kombel Internal Sekolah: Kepala sekolah harus memfasilitasi dan mewajibkan adanya pertemuan rutin Kombel (misalnya setiap hari Rabu siang). Agendanya adalah secara spesifik membahas dan membedah konsep baru, merancang pembelajaran bersama, dan merefleksikan hasil penerapan di kelas masing-masing. Biayanya? Hampir nol, hanya butuh waktu dan komitmen.

 * Kombel Antar Sekolah (MGMP/KKG): Mengaktifkan kembali peran MGMP/KKG sebagai pusat pengembangan profesionalisme guru. Pengurusnya bisa mengundang narasumber (yang seringkali tidak meminta bayaran tinggi jika untuk sesama guru) atau cukup memfasilitasi diskusi dan praktik baik dari sekolah-sekolah anggota.

 * Festival Hasil Belajar Bersama: Beberapa sekolah dalam satu kecamatan bisa berkolaborasi mengadakan "festival" atau "pameran karya" proyek siswa berbasis P8. Ini bukan hanya memotivasi siswa, tetapi juga menjadi ajang belajar antar guru dan kepala sekolah. Biayanya bisa ditanggung bersama atau dengan mencari sponsor lokal skala kecil.

⿣ Model "Pengimbasan" yang Terstruktur (Structured Cascading Model)

Masalah "pengimbasan" yang tidak 100% adalah nyata. Solusinya adalah pengimbasan yang terstruktur.

 * Satu Guru, Satu Sekolah Binaan: Guru Penggerak atau guru yang sudah dilatih tidak hanya memberi seminar sekali jalan. Mereka bisa diberi tugas untuk "mengawal" 1-2 sekolah di sekitarnya selama satu semester. Pendampingan dilakukan secara daring (via WA group, Google Meet) dan luring (kunjungan sebulan sekali). Ini mengubah "mengimbas" menjadi "membina".

 * Menyediakan "Paket Imbas": Narasumber atau guru yang dilatih dibekali "paket" yang siap dibagikan: presentasi standar, contoh video, lembar kerja, dan instrumen refleksi. Ini memastikan materi yang disampaikan konsisten.

⿤ Pemanfaatan Kemitraan Strategis (Tanpa Uang)

 * Kemitraan dengan Universitas: Melibatkan mahasiswa dari fakultas keguruan (FKIP) dalam program Kampus Mengajar untuk membantu sosialisasi dan implementasi di sekolah. Dosen juga bisa menjadi narasumber ahli dalam sesi Kombel sebagai bagian dari pengabdian masyarakat mereka.

 * Kemitraan dengan Dunia Usaha/Industri Lokal: Mengajak praktisi untuk menjadi "guru tamu". Misalnya, untuk dimensi "Komunikasi", undang seorang jurnalis lokal atau praktisi humas. Untuk "Kreativitas", undang pengusaha kreatif lokal. Seringkali mereka bersedia berbagi ilmu tanpa bayaran sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

Intinya, kunci dari strategi "tanpa biaya" adalah kolaborasi dan pemanfaatan sumber daya yang sudah ada secara maksimal. Pergeseran dari mentalitas menunggu pelatihan formal yang mahal ke budaya belajar mandiri dan berbagi dalam komunitas adalah jalan keluarnya. Perubahan kurikulum memang berat, tapi bisa menjadi lebih ringan jika bebannya diangkat bersama-sama.

#p8

#kebiasaananakindonesiahebat

#dimensiprofillulusan

#pelajarpancasila

#pendidikankarakater

Tidak ada komentar:

Posting Komentar